Selamat datang Siswa-siswi Baru di Yayasan Nurussyamsi

Mukadimah

Bismillah, teriring do'a Ikhwah semoga kita senantiasa dalam ketaatan dan menetapi jalan kebenaran dijalan Allah 'azza wa jalla dan RasulNya

Dari Al Aghar bin Yasar Al Muzanniy radhiyallahu 'anhu, ia berkata : "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Wahai manusia, Bertaubatlah kalian kepada Allah ta'ala dan mohonlah ampun kepadaNya, sesungguhnya saya bertaubat seratus kali setiap hari." (HR. Muslim)

Wahai saudara marilah kita membiasakan dan berusaha untuk selalu bertaubat kepada Allah ta'ala setiap hari, setiap saat, setiap waktu, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam sendiri beliau seorang yang dijaga dari dosa dan diampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang oleh Allah ta'ala, beliau sendiri merasa takut sekali kepadaNya, lalu bagaimana dengan kita ? Kita berdoa kepada Allah ta'ala agar kita dijaga dari perbuatan dosa dan dijadikan kita semua termasuk kedalam golongan hamba-hambaNya yang ikhlas bertaubat kepadaNya. أمين Allahu musta'an

Kata Mutiara

QS Al-Baqarah : 45

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

Kata Mutiara

Hari kemarin adalah mimpi dan hari esok adalah visi, jangan jadikan hari kemaren sebagai sebuah penyesalan dan jangan pula menatap hari esok dengan ketakutan.
Kita selalu berharap pengalaman kemarin selalu bisa bermanfaat hari ini dan rencana hari ini bisa berguna esok hari.
Semua itu adalah harapan dan harapan adalah bagian dari doa.
Sama seperti doa, tidak semua harapan terwujud dengan nyata dan hal tersebut tidak perlu menjadikan kita berhenti untuk berharap.

Jumat, 16 Desember 2011

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA INGGRIS

PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBUAT
KALIMAT BAHASA INGGRIS

Oleh : Andri Yunatra, S.Pd *)


Abstrak. Konsep Quantum Teaching menyatakan "Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia mereka ke dunia kita". Dalam penelitian ini, penulis memilih suatu strategi pembelajaran yang dapat menjembatani antara dunia guru dangan dunia siswa, yang dinamakan strategi Chain Card Game atau Permainan Kartu Berantai. Strategi ini digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis bahasa Inggris siswa kelas 2 SMP Fajar Plus Kota Depok. Setelah mengadakan perlakuan selama tiga siklus, nampak bahwa kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris sedikit demi sedikit meningkat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai tes yang telah dilaksanakan. Pada tes awal rata-rata nilai kemampuan siswa dalam membuat kalimat adalah 4,10; pada tes 1 (t-1) didapat rata-rata nilai 4,46, pada test 2 (t-2) didapat nilai rata-rata 4,88 dan pada akhir siklus tes 3 (t-3) didapat rata-ra+a nilai 5,40. Dalam penelitian ini, yang paling menggembirakan dengan menggunakan strategi Chain Card Game adalah meningkatnya gairah belajar siswa.

PENDAHULUAN

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan karena adanya beberapa masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Secara urnum dalam belajar bahasa Inggris siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing), Namun dalam penelitian ini hanya difokuskan pada masalah yang timbul dalam kegiatan menulis, khususnya dalam membuat kalimat bahasa Inggris sederhana.
 
Data dari lapangan menunjukkan bahwa kemampuan membuat kalimat bahasa Inggris siswa sangat memprihatinkan atau masih rendah, yaitu nilai rata-rata 4,10 setelah diadakan tes awal kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris (t-O).

Rendahnya kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: kurangnya  latihan  yang  diberikan  guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang bervariasi dan kurangnya tugas yang diberikan oleh guru. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mambuat kalimat bahasa Inggris dangan menggunakan strategi Chain Card Game atau Permainan Kartu Berantai.
 
Yang dimaksud kemampuan membuat kalimat bahasa Inggris sederhana adalah kemampuan siswa dalam menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk kalimat. Dalam membuat kalimat perlu memperhatikan dua hal, yaitu subtansi dari hasil tulisan itu (ide yang diekspresikan) dan aturan struktur bahasa yang benar (gramatical form and syntactic pattern). Membuat kalimat termasuk ke dalam kegiatan untuk keterampilan menulis, karena itu membuat kalimat juga berarti mengungkapkan ide dan berkomunikasi dengan orang lain melalui simbol-simbol bahasa (Harris, 1988).
 
Kalimat-kalimat yang dibuat dapat berupa kalimat yang paling sederhana yang hanya mengandung dua jabatan kata dalam kalimat, yaitu subyek dan kata kerja (S + V); subyek, kata kerja dan obyek (S+V+O) atau kalimat yang paling lengkap, yaitu: subyek, kata kerja, obyek, dan keterangan (S+V+O+ Adv).
 
Permainan menurut Carrier (1982) mempunyai nilai yang sangat tinggi bagi guru bahasa asing, sebab permainan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bahasa tertentu dengan situasi yang tidak terlalu formal. Sedangkan menurut Hadfield (1984), permainan merupakan aktivitas yang mempunyai tujuan dan elemen kesenangan.
 
Chain Card Game adalah sebuah terjemahaan bebas dari Permainan Kartu Berantai. Para pemain memainkan kartu ini layaknya seperti bermain kartu remi. Dalam  permainan ini, pemain ditugaskan menyusun kartu-kartu yang dimiliki agar menjadi sebuah kalimat atau memainkan kartunya untuk meneruskan kalimat pemain lawan yang belum selesai, bisa di awal atau di akhir susunan kartu.
 
Permainan ini dapat dimainkan oleh empat pemain atau lebih, dengan jumlah kartu 60 lembar setiap setnya. Jumlah ini dapat saja ditambah atau dikurangi. Di setiap kartu tertulis satu kosa kata dalam bahasa Inggris, yaitu sebuah penggalan-penggalan kalimat yang telah diatur sehingga jika kartu dimainkan dengan benar akan terbentuk suatu kalimat bahasa Inggris yang benar.
 
Kartu-kartu tersebut terbuat dari karton dengan ukuran 5 x 8 cm. Ukuran ini dapat saja disesuaikan dengan selera pembuat kartu.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa terutama dalam meningkatkan gairah belajar bahasa Inggris, dan bagi guru agar dapat menambah wawasan dalam mengaplikasikan strategi baru, serta menambah tambahan referensi karya ilmiah.
 
METODE PENELITIAN
 
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Fajar Plus Kota Depok, khususnya dilaksanakan di kelas 2 semester 1 tahun ajaran 2010 - 2011. Sekolah ini terletak di pinggiran Kota Depok, mempunyai 3 kelas, yaitu: kelas 1, 2 dan 3.  Jumlah referensi buku pelajaran bahasa Inggris masih dirasakan kurang.
 
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, pertama-tama diadakan tes awal (t-O) untuk mendapatkan data pendukung yang akurat sehingga mempunyai dasar yang kuat untuk melaksanakan penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan segala perangkat yang akan digunakan selama penelitian berlangsung, seperti pembuatan perangkat pembelajaran, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa untuk setiap pertemuan, dan beberapa instrumen lain seperti lembar tes, observasi, analisis, pedoman wawancara, catatan lapangan dan kartu Chain Card Game.

Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus selama semester pertama. Siklus pertama dilakukan dalam 3 kali pertemuan, dengan pokok bahasan Sport dengan sub pokok bahasan Kinds of Sports dan Sports Equipment. Siklus kedua dilakukan dalam 3 kali pertemuan, dengan pokok bahasan Health dan sub pokok bahasan Our Body, Diseases, dan Medicine. Siklus ketiga dilakukan dalam 4 kali pertemuan dengan pokok bahasan Clothes dan sub pokok bahasan Buying some materials, Making Clothes, Fashion Show, dan A variety of clothes, sehingga seluruhnya berjumlah 10 kali pertemuan.
 

Seperti telah diuraikan di atas, bahwa penelitian ini memerlukan instrumen-instrumen pendukung seperti: tes, lembar observasi dan pedoman wawancara.
 



HASIL DAN PEMBAHASAN

SIKLUS I


Perencanaan


Untuk mendukung terlaksananya Penelitian Tindakan Kelas ini, dibuatlah segala sesuatu yang diperlukan seperti: Perangkat Pembelajaran (RP), Lembar Kerja Siswa (LKS) mini, kartu Chain Card Game sebanyak 5 set, dan beberapa instrument pendukung seperti: tes, observasi dan wawancara.
 
Pelaksanaan
 
Pembelajaran dilaksanakan mencakup semua keterampilan berbahasa (listening, speaking, reading dan writing). Pengajaran dimulai dari kegiatan, listening, speaking, reading dan writing.
 
Perlakuan dengan Chain Card Game dilakukan pada saat kegiatan keterampilan menulis (writing), seperti langkah-langkah berikut: Guru memulai pengajaran dari keterampilan listening, dilanjutkan dengan kegiatan speaking, dan kemudian kegiatan membaca (reading). Alokasi waktu untuk ketiga keterampilan ini adalah 45 menit. Memasuki kegiatan keterampilan menulis, strategi Chain Card Game ini dilakukan. Dimulai dari penjelasan langkah-langkah dan aturan permainan, kemudian guru meminta siswa membentuk  kelompok  bermain.  Setelah membagikan kartu, guru meminta siswa untuk mulai bermain selama 15 menit, kemudian meminta wakil dari kelompok untuk membawa kartu-kartu yang telah jadi dan menuliskan kalimat jadi tersebut di papan tulis. Pembahasan kalimat-kalimat dilakukan secara klasikal. Langkah terakhir adalah meminta siswa mengerjakan LKS mini secara individu untuk
bagian keterampilan menulis. Kemudian diadakan pembahasan terhadap hasil latihan yang telah dilakukan.

Pembahasan hasil latihan dilakukan secara klasikal dengan cara siswa mengoreksi bersama-sama. Guru memberikan jawaban-jawaban yang benar dan siswa mengecek kebenaran jawaban pada LKS yang telah ditukarkan dengan LKS temannya.
 
Perlakuan Chain Card Game dalam siklus pertama ini diberikan untuk tiga kali pertemuan, dengan pokok bahasan Sport dan sub pokok bahasan Kinds of Sports dan Sport Equipment. Selama perlakuan berlangsung, kolaborator mengobservasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Temuan-temuan yang didapatkan dicatat dalam lembar catatan lapangan. Setelah tiga kali pertemuan berlalu, dilakukanlah tes I (t-1)  untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris, dan sebagai data untuk dibandingkan dengan data tes awal (t-O) sehingga peneliti dapat menemukan segala perkembangan yang telah terjadi.



Pengamatan
 
Dari hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator, didapatkan data bahwa selama siklus pertama berlangsung muncul 15 deskriptor pada pertemuan pertama, 12 deskriptor pada pertemuan kedua, 13 deskriptor pada pertemuan ketiga. Rata-rata deskriptor yang muncul diketiga perterman adalah 13,33. Berdasarkan tabel keefektivan strategi, angka 13,33 masuk ke dalam kategori efektif.
 
Untuk melihat lebih jauh keefektivan strategi Chain Card Game dalam  meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris, maka diadakan test 1 (t-1), dengan hasil sebagai berikut: siswa yang nilainya meningkat berjumlah 28 dari 40 siswa (70%). Setelah dibandingkan dengan data nilai tes awal, ternyata rata-rata kenaikan nilai kemampuan menulis siswa sebesar 0,45 (1 1,2%).
 
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 5 orang siswa sebagai sampel responden, dapat disimpulkan bahwa siswa sangat menyukai permainan Chain Card Game dan gairah siswa dalam belajar bahasa Inggris meningkat. Hasil ini diperoleh dari pertanyaan pedoman nomor5, yaitu: Jika anda menggunakan Chain Card Game, mampukah anda belajar membuat kalimat bahasa Inggris lebih dari 1 jam? Seluruh responden menjawab mampu.
 
Refleksi
 
Selama siklus pertama deskriptor yang belum muncul antara lain: siswa tidak takut bertanya, siswa yang bertanya lebih banyak, siswa mengerjakan tugas lebih cepat, komunikasi antar guru dan siswa lebih lancar, guru makin hapal dengan identitas siswa.
 
Sedangkan deskriptor yang sudah muncul, seperti: guru menggunakan metode pemberian tugas, menggunakan alat bantu pembelajaran bervariasi, siswa belajar keterampilan menyusun dan membuat kalimat, menggunakan grammar dengan benar, kerja sama antar siswa meningkat, dan tidak lagi mendominasi KBM.
 
Dari beberapa indikatordi atas, ada beberapa masalah yang dapat dicatat selama pembelajaran, antara lain: kelas gaduh, setting tempat bermain kurang representatif, banyak siswa melakukan kesalahan dalam bermain, dan kurang waktu untuk membahas kalimat-kalimat yang terbentuk selama permainan.
 
Untuk mengurangi masalah-masalah tersebut, pada sikius kedua dilakukan tindakan, antara lain: memberikan pengertian pada siswa bahwa mereka bermain dalam rangka belajar, menyusun tempat bermain lebih baik, menuliskan aturan permainan di papan tulis, menambah kartu menjadi 80 kartu, dan menambah waktu untuk pembahasan kalimat yang terbentuk selama permainan berlangsung.
 
SIKLUS II
 
Perencanaan
 
Sebelum siklus kedua dilaksanakan, ada beberapa hal yang perlu disiapkan, antara lain: Rencana Pengajaran, LKS, alat bantu pengajaran, kartu Chain Card Game, lembar observasi, lembar tes 2 dan pedoman wawancara.
 
Pelaksanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua diberikan pengertian pada siswa untuk bermain dengan tenang, menyusun tempat bermain lebih baik dengan cara menyusun kursi yang sesuai untuk bermain, menuliskan langkah-langkah permainan di papan tulis, menambah kartu manjadi 80 tiap setnya, 60 kartu di bagikan kepada siswa dan 20 sisanya tetap di tumpukkan sebagai kartu jit, serta melakukan kegiatan pembelajaran seperti yang telah disusun dalam Rencana Pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dimulai dengan membagikan LKS mini pada siswa, dilakukan kegiatan menyimak (listening), dilanjutkan dengan kegiatan berbicara (speaking), kegiatan membaca (reading), dan
kegiatan menulis (writing). Pada saat memasuki kegiatan menulis, strategi Chain Card Game diterapkan dengan langkah-langkah berikut ini: Pertama, guru memberikan pengertian pada siswa bahwa mereka bermain dalam rangka belajar sehingga harus tetap menjaga ketenangan kelas selama bermain. Kedua, guru membantu siswa menyusun kursi sehingga permainan berjalan dengan baik. Kemudian guru menuliskan aturan-aturan bermain di papan tulis supaya siswa tidak membuat kesalahan lagi dalam bermain. Berikutnya guru membagikan kartu dan meminta siswa untuk bermain, Siswa memainkan 60 kartu, sedangkan 20 kartu lainnya tetap dalam tumpukan sebagai kartu jit.
 
Karena  harus  menambah waktu  untuk pembahasan kalimat-kalimat yang terbentuk selama permainan, maka waktu untuk bermain siswa dikurangi. Pengurangan waktu untuk bermain dilakukan dengan cara memotong permainan siswa tatkala mereka sedang asyik bermain. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek psikologis anak agar mereka merasa belum puas, sehigga pada pertemuan berikutnya siswa masih sangat ingin bermain.

Setelah menghentikan permainan, guru meminta wakil dari kelompok untuk menuliskan kalimat-kalimat yang terbentuk dalam permainan. Kemudian guru membahas kalimat-kalimat itu secara klasikal untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang terjadi. Selanjutnya guru meminta siswa megerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam LKS mini secara individual. Lima menit sebelum selesai, guru menghentikan kegiatan siswa, dan melakukan pembahasan hasil latihan-latihan secara klasikal. Siswa menukarkan pekerjaannya dengan siswa lain.

Siklus kedua ini dilakukan untuk 3 kali perternuan dengan pokok bahasan Health dan sub pokok bahasan Our Body, Diseases, dan Medicine. Setelah 3 kali pertemuan, maka diadakan tes 2 untuk dibandingkan dengan hasil test 1 (t-1) sehingga didapatkan kepastian apakah perlakuan pada siklus kedua dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis bahasa Inggris.
 
Pengamatan
 
Dari hasil observasi selama siklus kedua, didapatkan data diantaranya muncul 13 deskriptor pada pertemuan pertama, 12 deskriptor pada pertemuan kedua, dan 14 deskriptor pada pertemuan ketiga, sehingga rata-rata descriptor yang muncul adalah 13. Berdasarkan table keefektivan strategi, maka angka 13 masuk ke dalam kategori efektif.
 
Untuk melihat lebih jauh keefektivan strategi Chain Card Game dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris, maka diadakan tes 2 (t-2), dan dapatkan data, berikut ini: Siswa yang nilainya meningkat berjumlah 35 (87,5%). Bila data tersebut dibandingkan dengan nilai tes 1, maka rata-rata nilai kemampuan membuat kalimat bahasa Inggris siswa meningkat sebesar 0,42 (9,4%). Hasil wawancara dengan 5 orang siswa sebagai sampel responden yang berbeda dengan siklus pertama, dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai strategi Chain Card Game, dan yang lebih menggembirakan dengan permainan ini adalah siswa dapat bertahan belajar membuat kalimat bahasa Inggris dalam waktu yang relative lebih lama, lebih dari satu jam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gairah belajar siswa meningkat.
 
Refleksi
 
Dalam siklus kedua ini ada beberapa deskriptor yang belum muncul, antara lain: deskriptor nomor 4 siswa tidak takut bertanya, deskriptor nomor 11, 15, 17 dan 18.
 
Dari beberapa deskriptor di atas, masih ada hal-hal lain yang dapat dicatat oleh kolaborator, antara lain: suasana kelas masih agak gaduh, siswa yang lebih cakap terlihat masih kurang sabar dalam menghadapi siswa yang kurang cakap, anak-anak yang kurang cakap masih lamban dalam bermain, dan  masih  ditemui  kesalahan-kesalahan penggunaan kata kerja dalam kalimat. Dari inventarisasi kejadian-kejadian di atas, diupayakan pada siklus ketiga tidak terjadi lagi, dengan cara: mengacak kelompok bermain siswa, siswa yang suka ribut digabungkan dengan kelompok siswa yang pendiam; siswa yang cakap dikelompokkan dengan kelompok yang kurang cakap; kartu ditandai dengan huruf, huruf S untuk kartu yang memuat subyek, V untuk kartu verb, huruf 0 untuk kartu obyek dan huruf Adv untuk kartu adverb. Sedangkan untuk meminimalkan terjadinya kesalahan-kesalahan penggunaan kata kerja, guru memberikan penjelasan tentang penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas, sebelum siswa bermain.
 
SIKLUS III
 
Perencanaan
 
Untuk mendukung terlaksananya siklus ketiga, peneliti menyiapkan Satuan Pelajaran, Rencana Pengajaran, LKS untuk tiap pertemuan, gambar-gambar, 5 set kartu Chain Card Game masing-masing 80 kartu. Kartu-kartu tersebut sudah diberi tanda huruf S untuk kartu subyek, huruf V untuk kartu verb, huruf 0 untuk obyek, dan huruf Adv. untuk adverb. Instrumen-instrumen yang disiapkan adalah test 3, lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan.

Pelaksanaan
 
Langkah-langkah pembelajaran dimulai dari mendengarkan, berbicara, dan menulis. Latihan-latihan untuk ketiga keterampilan ini termuat dalam LKS mini yang telah disiapkan. Pada saat kegiatan memasuki keterampilan menulis, maka strategi Chain Card Game dilakukan,
 
Bertolak dari refleksi pada siklus kedua, maka dalam siklus ketiga ini guru mengelompokkan murid berdasarkan tingkat kecakapannya yang relative seimbang, yang suka ribut digabung dengan siswa yang pendiam, dan menandai kartu-kartu yang akan dimainkan dengan huruf-huruf seperti yang diterangkan pada perencanaan di atas. Jumlah kartu masih tetap 80 buah tiap setnya: 60 kartu dibagikan kepada siswa dan 20 tetap ditumpukan sebagai kartu jit. Penandaan pada kartu dimaksudkan untuk membantu para siswa yang kurang cakap, sehingga permainan dapat berjalan dengan cepat. Langkah berikutnya adalah menerangkan beberapa penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan pokok bahasan untuk menekan kesalahan siswa dalam menggunakan kata kerja.

Setelah permainan berjalan 15 menit guru menghentikan permainan, dan meminta siswa untuk menuliskan kalimat-kalimat yang terbentuk selama permainan di papan tulis. Kemudian guru membahas bersama-sama dengan siswa kelas.
 
Berikutnya guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan untuk keterampilan menulis pada LKS yang tersedia. Kemudian dilakukan pembahasan oleh guru secara klasikal, sebelumnya siswa menukarkan hasil pekerjaannya pada temannya untuk dicek.
 
Pada siklus ketiga ini, perlakuan untuk 4 kali pertemuan dengan Pokok Bahasan Clothes dan sub pokok bahasan Buying Some Materiais, Making Clothes, Fashion Show, dan A variaty of ciothes. Setelah empat kali pertemuan berlalu, maka diadakan tes 3 (t-3) untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris. Hasil tes ini kemudian dibandingkan dengan hasil tes 2, sehingga dihasilkan beberapa perubahan atau peningkatan.
 
Pengamatan
 
Dari hasil observasi didapatkan data bahwa pada pertemuan pertama deskriptor yang muncul 13, pada pertemuan kedua sebanyak 12 deskriptor, pada pertemuan ketiga 14 deskriptor dan pada pertemuan keempat 14 deskriptor. Dari keempat pertemuan ini didapat rata-rata deskriptor yang muncul sebanyak 13,25 deskreptor. Berdasarkan tabel tingkat keefektivan angka, 13,25 masuk ke dalam katagori etektif.
 
Untuk mendukung data kualitatif di atas, dilakukan tes 3 dengan hasil bahwa anak yang nilainya meningkat berjumlah 34 siswa (85%). Rata-rata kemampuan siswa membuat kalimat bahasa Inqqris meninqkat sebesar 0,52 (66%).
 
Dari lima responden sisiwa yang diwawancarai, kelima 5 siswa menjawab senang dengan Chain Card Game, dan yang menarik lagi adalah bahwa permainan Chain Card Game sangat disukai siswa dalam belajar bahasa Inggris.

Refleksi


Dari hasil observasi selama siklus tiga berlangsung, didapatkan kondisi berikut ini: pembelajaran berjalan lebih menyenangkan dan lebih variatif, siswa semakin antusias dalam permainan, terjadinya tutor sebaya, beberapa kelompok siswa meminjam kartu untuk dimainkan pada saat-saat senggang, siswa lebih mudah mempelajari kalimat bahasa Inggris. Hal-hal negative yang berhasil direkam antara lain: suasana kelas masih agak ribut.
 
SIMPULAN DAN SARAN
 
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Strategi Chain Card Game dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris. Strategi ini dapat juga meningkatkan gairah belajar bahasa Inggris siswa.

DAFTAR PUSTAKA

1)     Carrier, M. 1982. Game and activities forthe language learner. London: Harrap.
2)     Deporter, B., Reardon, M. & Singer-Nourie, S. 2001. Quantum teaching. Bandung: Kaiffa.
3)     Harfield, J. 1984. Elementari communication games Thomas Nelson and Son Ltd.
4)     Harris, D.R 1988. Testing English as a second. New york: McGraw-Hill Book Company.
5)     llyas, 1. 200. Upaya Meningkatkan kemampuan siswa kelas 2 SLTP Negeri 30 Palembang dalam memahami teks lisan melalui strategi 'DICTOGLOS'.
6)     Hasan, Z. M; Sukaryana, 1. W. & Waioedy. 1997. Penelitian tindakan (Action Research). Jakarta: Deparemen Pendidikan dan Kebudayaan.

-----------------------------
*) Andri Yunatra, S.Pd adalah Guru Bahasa Inggris SMP Fajar Plus Kota Depok

Sumber : Buletin Pelangi Pendidikan (Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP) Volume 6 No. 1 Tahun 2003

0 komentar: