Ketertiban siswa sering kali kita dengar sebagai suatu masalah di sebuah sekolah , apalagi pada jenjang sekolah menengah yang siswa- siswanya beranjak dewasa dan mulai belajar mengenal jati diri pribadinya.dimana siswa sering melakukan pelanggaran di sekolah. Kondisi yang tidak menguntungkan dan cukup memprihatinkan ini, sekolah secara umumnya membentuk Tim Ketertiban Sekolah agar sekolah menjadi lebih baik. Namun sering kali tidak efektif dan mengalami banyak halangan serta hambatan dilapangan. Selain harus mengeluarkan dana tambahan dengan membentuk tim ketertiban, namun sering kali tidak efektif karena tidak didukung oleh guru- guru yang lainnya dan keterbatasan guru serta kepeduliannya kurang terhadap siswa.
Siswa secara psikologis menurut Mulyani (1988) pada umur 12 - 18 tahun dimana perkembangan anak digolongkan sebagai remaja yang mempunyai keinginan baru dan membutuhkan sarana aktivitas yang lebih untuk menumpahkan segala kegiatannya sehingga dengan minimnya sarana dan prasarana mudah membuat siswa akhirnya dapat menimbulkan permasalahannya dari ketertibannya.
Input siswa yang serba kekurangan yang merupakan sisa dari sekolah- sekolah favorit dimana sekolah yang tidak favorit menjadi tempat pelimpahan dari siswa yang perilaku siswanya sering tidak masuk katagori baik akhirnya menjadi masalah ketertiban sekolah semakin meningkat.
Peran orang tua dalam hal kepedulian ketertiban sekolah sangat besar dalam pembentukan psikologis siswa karena waktu yang dipergunakan lebih banyak di rumah dan lingkungannya. Pergaulan serta teman bermain sangat menentukan perkembangan anak. Pengawasan masyarakat dan kontrol umpan balik masyarakat sangat diperlukan mengingat perilaku siswa diluar sekolah melambangkan kualitas penanganan sekolah tersebut..
Apalagi dalam situasi keluarga pasca modern dengan kesibukan kedua orang tuanya sehingga mereka tidak mampu mengawasi anaknya dengan baik. akan membawa dampak terhadap pelanggaran ketertiban di sekolah. Menurut Anita ( 1996) hal ini disebabkan banyaknya suami istri bekerja sama- sama mencari nafkah, angka perceraian tinggi, sejumlah keluarga diasuh satu keluarga saja sehingga anak diasuh oleh pembantu atau lebih tepatnya dibesarkan pembantu.
Sebagai langkah awal dalam upaya untuk menanggulangi upaya ketertiban yaitu
1.Meningkatkan disiplin anak & sedikit demi sedikit mengurangi indisipliner pembelajaran
2.Mewujudkan kinerja sekolah.yang dinamis, mengasyikkan, menyenangkan & mencerdaskan
3.Mengadakan antisipasi dalam mengatasi berbagai hal dalam proses pembelajaran.
Menurut Nursisto (2002) ada beberapa langkah yang dapat digunakan dalam upaya mengatasi ketertiban sekolah dan diharapkan dapat mengatasi permasalahan ketertiban yang ada di sekolah.
a. Langkah strategis mencegah siswa yang suka mencoret- coret .
1. Menggalakkan pelaksanaan kegiatan 6 K.
2. Tempat duduk siswa sesuai dengan denah yang telah ditentukan.
3. Sebulan sekali diadakan bersih lingkungan sekolah termasuk didalam kelas.
4. Setiap satu satu semester dilakukan kerja bakti massal sekolah.
5. Dicantumkan sanksi bagi pelaku corat coret didalam tata tertib sekolah.
6. Dalam suatu kesempatan tertentu diberikan tugas oleh guru agar siswa membuat karangan bertemakan corat coret.
7. Satu atau dua menit setiap jam pelajaran berlangsung, guru memeriksa lingkungan didalam kelas.
8. Dilaksanakan lomba kebersihan dan keindahan kelas dalam setiap event kegiatan sekolah.
9. Bila tingkat kesadaran para siswa sudah tumbuh, piket membersihkan ruangan dilakukan siang hari.
b. Langkah mencegah Siswa membawa alat main dan buku porno.
1. Sering dilakukan rasia dengan tiba- tiba. Tim ketertiban secara mendadak masuk dalam semua kelas serentak dan isi tas satu persatu diperiksa dengan teliti.
2. Menyita barang terlarang yang kedapatan di dalam tas atau tersimpan dalam meja siswa
3. Ketika sedang mengajar guru memperhatikan kondisi siswa.
4. Ketika mengajar guru sesekali memberikan pertanyaam kepada siswa.
5. Posisi guru mengajar jangan hanya selalu didepan kelas, kadang kala di belakang kelas.
6. Mencantumkan pelarangan membawa barang yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran.
7. Guru BP diaktifkan peranannya agar jangan melakukan hal- hal terlarang tadi.
c. Langkah mencegah Siswa merokok dan membawa narkoba lebih pelik dibandingkan keduanya, langkahnya sebagai berikut :
1. Dilakukan penggeledahan isi tas siswa.
2. Secara khusus sekolah melakukan pengawasan kepada beberapa siswa yang patut dicurigai.
3. Pihak sekolah melakukan kerja sama dengan pihak- pihak lain di luar sekolah misalnya warga sekitarnya, kepolisian dan pemerintah setempat.
4. Memberikan laporan secepatnya kepada orang tua apabila siswa terjadi tanda- tanda menggunakan rokok dan narkoba.
5. Diadakan ceramah penyuluhan tentang bahaya merokok atau mengkonsumsi narkoba oleh pihak yang berkompetensi.
6. Perlunya dikembangkan budi pekerti yang dikaitkan dengan pelajaran agama.
7. Orang tua mengisi surat pernyataan bahwa bila ternyata anaknya terlibat pelanggaran merokok dan narkoba sanggup dikeluarkan.
d. Langkah mencegah perkelahian siswa dilingkungan sekolah maupun luar sekolah.
1. Sekolah menyediakan media penyaluran bakat dan minat siswa sehingga mampu menyalurkan energinya yang secara berlebihan lewat kegiatan ekstra kurikuler yang diadakan sekolah.
2. Dibentuknya tim- tim olah raga dan seni di bidang- ekstra kurikuler.
3. Pembuatan program- sekolah dengan memberi peluang untuk siswa agar mampu menuangkan prestasi dan hasil seninya.
4. Perlunya kerjasama dengan pihak pengurus OSIS yang ada di lingkungan sekolah lainnya dalam upaya agar kalau terjadi sesuatu hal maka dapat menjadi penengah.
5. Dilakukan program bersama dan kegiatan terpadu dalam kegiatan pengurus OSIS yang ada dilingkungan sekolah lainnya pada saat momen yang tepat.
e. Langkah mencegah siswa tidak menggunakan seragam dan kelengkapan dengan baik
1. Guru meluangkan waktu sebentar untuk mengingatkan da menegur siswanya disetiap awal pelajaran dimulai terutama jam pertama pelajaran agar selalu menggunakan pakaian secara baik.
2. Adanya kontinuitas dari petugas BP dan Tim ketertiban agar melakukan penertiban seragam yang tidak sesuai ketentuan.
3. Melakukan razia secara mendadak dengan menertibkan siswa yang bajunya tidak sesuai dengan ketentuan.
4. Mencantumkan sanksi bagi siswa yang tidak menggunakan seragam sesuai ketentuan didalam tata tertib sekolah.
f. Langkah dalam membuat tabel point disiplin siswa.
1. Diperlukan komitmen dari guru dan siswa mengenai apa saja yang dapat dijadikan ukuran dalam meningkatkan disiplin sekolah serta disepakati bersama dalam tabel point disiplin siswa.
2. Diperlukan sosialisasi ke siswa dan orang tua berkaitan tabel point kedisplinan siswa di sekolah.
3. Orang tua mengisi surat pernyataan bahwa bila ternyata anaknya terlibat pelanggaran point kedisplinan sekolah dan sanggup dikeluarkan.
4. Diberikan reward penghargaan bagi siswa dan kelas yang point melanggarnya rendah.
5. Adanya kontinuitas dari petugas BP dan Tim ketertiban agar melakukan evaluasi kegiatan berkaitan dengan tabel point kedisplinan siswa.
6. Mengumumkan secara kontinu siswa dan kelas yang mempunyai point kedisplinan yang tertinggi dan terendah.
Didalam upaya ketertiban siswa di sekolah, tidak hanya siswa saja yang dijadikan obyek yang selalu disalahkan namun diperlukan juga manajemen sekolah yang baik agar dalam pelaksanaan ketertiban sekolah dapat berjalan dengan baik.
Langkah- Langkah yang dilakukan sekolah berkaitan dengan ketertiban sekolah.
1. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara baik.
Sering kali pelanggaran ketertiban siswa muncul diawalai pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang kurang baik dan sistem inval dari guru piket tidak berjalan secara baik, apabila guru tidak masuk karena sesuatu hal maka sering kali kelas kosong dan tidak ada pengawasan dari guru. Sehingga diperlukan suatu system kerjasama antara pihak- pihak yang ada di sekolah baik guru, siswa , orang tua dan kepala sekolah sebagi manajer disekolah dapat dilakukan secara baik
2. Penuntasan Peserta Didik Bermasalah.
Dengan menangani anak didik yang bermasalah secara tuntas dengan segera maka dapat mencegah timbulnya masalah- masalah yang semakin banyak dan menumpuk sehingga tertanganinya anak didik bermasalah secara baik pula. Disini peran petugas BP dan wali kelas sangat besar dalam upaya membina anak didiknya dikelas
3. Pembinaan Keimanan & Ketaqwaan (Imtaq).
Dalam membangun Imtaq siswa tidak hanya beban dari orang tua saja namun diperlukan kerjasama antara sekolah, orang tua dan masyarakat sekitarnya. Perpijak dari hal tersebut baik orang tua, sekolah dan masyarakat melakukan pengawasan dan pengendalian agar mampu membina siswa dengan melakukan kegiatan keagamaan di sekolah dan dimasyarakat bila perlu dikembangkan MPMBI (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Imtaq) di sekolah.(Tirto Adi: 2002)
Hal hal yang perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan ketertiban sekolah terhadap :
a. Siswa .
Dengan mendukung terwujudnya visi, misi sekolah yang aman dan adil. Sebahagian siswa yang acuh tak acuh dilibatkan peranannya dalam kegiatan disekolah. Dan dikembangkan pada siswa semangat dan merasa bangga punya disiplin poin yang rendah
b. Guru.
Guru mendukung dalam menjalankan disiplin yg komprehensif dan diperlukan sosialisasi dalam hal ketertiban sekolah bagi guru yang masih belum memahami esensi yg sebenarnya. Perlu dikembangkan perasaan bangga karena anak didik tunjukkan sikap disiplin yg dikehendaki dan meningkatkan motivasi dalam hal menangani anak bermasalah.dan tidak menjadi beban terhadap diri-sendiri.
c. Orang tua dan Masyarakat
Mendukung sekolah.yang punya disiplin sekolah yang seperti ini. Untuk sebahagian masih ada yang kurang mengerti diperlukan sosialisasi agar mengerti perlunya ketertiban di sekolah. Dikembangkan rasa bangga karena ada perubahan pada sikap anak mereka setelah anaknya dibina di sekolah serta meningkatkan keterlibatannya di sekolah.
Siswa secara psikologis menurut Mulyani (1988) pada umur 12 - 18 tahun dimana perkembangan anak digolongkan sebagai remaja yang mempunyai keinginan baru dan membutuhkan sarana aktivitas yang lebih untuk menumpahkan segala kegiatannya sehingga dengan minimnya sarana dan prasarana mudah membuat siswa akhirnya dapat menimbulkan permasalahannya dari ketertibannya.
Input siswa yang serba kekurangan yang merupakan sisa dari sekolah- sekolah favorit dimana sekolah yang tidak favorit menjadi tempat pelimpahan dari siswa yang perilaku siswanya sering tidak masuk katagori baik akhirnya menjadi masalah ketertiban sekolah semakin meningkat.
Peran orang tua dalam hal kepedulian ketertiban sekolah sangat besar dalam pembentukan psikologis siswa karena waktu yang dipergunakan lebih banyak di rumah dan lingkungannya. Pergaulan serta teman bermain sangat menentukan perkembangan anak. Pengawasan masyarakat dan kontrol umpan balik masyarakat sangat diperlukan mengingat perilaku siswa diluar sekolah melambangkan kualitas penanganan sekolah tersebut..
Apalagi dalam situasi keluarga pasca modern dengan kesibukan kedua orang tuanya sehingga mereka tidak mampu mengawasi anaknya dengan baik. akan membawa dampak terhadap pelanggaran ketertiban di sekolah. Menurut Anita ( 1996) hal ini disebabkan banyaknya suami istri bekerja sama- sama mencari nafkah, angka perceraian tinggi, sejumlah keluarga diasuh satu keluarga saja sehingga anak diasuh oleh pembantu atau lebih tepatnya dibesarkan pembantu.
Sebagai langkah awal dalam upaya untuk menanggulangi upaya ketertiban yaitu
1.Meningkatkan disiplin anak & sedikit demi sedikit mengurangi indisipliner pembelajaran
2.Mewujudkan kinerja sekolah.yang dinamis, mengasyikkan, menyenangkan & mencerdaskan
3.Mengadakan antisipasi dalam mengatasi berbagai hal dalam proses pembelajaran.
Menurut Nursisto (2002) ada beberapa langkah yang dapat digunakan dalam upaya mengatasi ketertiban sekolah dan diharapkan dapat mengatasi permasalahan ketertiban yang ada di sekolah.
a. Langkah strategis mencegah siswa yang suka mencoret- coret .
1. Menggalakkan pelaksanaan kegiatan 6 K.
2. Tempat duduk siswa sesuai dengan denah yang telah ditentukan.
3. Sebulan sekali diadakan bersih lingkungan sekolah termasuk didalam kelas.
4. Setiap satu satu semester dilakukan kerja bakti massal sekolah.
5. Dicantumkan sanksi bagi pelaku corat coret didalam tata tertib sekolah.
6. Dalam suatu kesempatan tertentu diberikan tugas oleh guru agar siswa membuat karangan bertemakan corat coret.
7. Satu atau dua menit setiap jam pelajaran berlangsung, guru memeriksa lingkungan didalam kelas.
8. Dilaksanakan lomba kebersihan dan keindahan kelas dalam setiap event kegiatan sekolah.
9. Bila tingkat kesadaran para siswa sudah tumbuh, piket membersihkan ruangan dilakukan siang hari.
b. Langkah mencegah Siswa membawa alat main dan buku porno.
1. Sering dilakukan rasia dengan tiba- tiba. Tim ketertiban secara mendadak masuk dalam semua kelas serentak dan isi tas satu persatu diperiksa dengan teliti.
2. Menyita barang terlarang yang kedapatan di dalam tas atau tersimpan dalam meja siswa
3. Ketika sedang mengajar guru memperhatikan kondisi siswa.
4. Ketika mengajar guru sesekali memberikan pertanyaam kepada siswa.
5. Posisi guru mengajar jangan hanya selalu didepan kelas, kadang kala di belakang kelas.
6. Mencantumkan pelarangan membawa barang yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran.
7. Guru BP diaktifkan peranannya agar jangan melakukan hal- hal terlarang tadi.
c. Langkah mencegah Siswa merokok dan membawa narkoba lebih pelik dibandingkan keduanya, langkahnya sebagai berikut :
1. Dilakukan penggeledahan isi tas siswa.
2. Secara khusus sekolah melakukan pengawasan kepada beberapa siswa yang patut dicurigai.
3. Pihak sekolah melakukan kerja sama dengan pihak- pihak lain di luar sekolah misalnya warga sekitarnya, kepolisian dan pemerintah setempat.
4. Memberikan laporan secepatnya kepada orang tua apabila siswa terjadi tanda- tanda menggunakan rokok dan narkoba.
5. Diadakan ceramah penyuluhan tentang bahaya merokok atau mengkonsumsi narkoba oleh pihak yang berkompetensi.
6. Perlunya dikembangkan budi pekerti yang dikaitkan dengan pelajaran agama.
7. Orang tua mengisi surat pernyataan bahwa bila ternyata anaknya terlibat pelanggaran merokok dan narkoba sanggup dikeluarkan.
d. Langkah mencegah perkelahian siswa dilingkungan sekolah maupun luar sekolah.
1. Sekolah menyediakan media penyaluran bakat dan minat siswa sehingga mampu menyalurkan energinya yang secara berlebihan lewat kegiatan ekstra kurikuler yang diadakan sekolah.
2. Dibentuknya tim- tim olah raga dan seni di bidang- ekstra kurikuler.
3. Pembuatan program- sekolah dengan memberi peluang untuk siswa agar mampu menuangkan prestasi dan hasil seninya.
4. Perlunya kerjasama dengan pihak pengurus OSIS yang ada di lingkungan sekolah lainnya dalam upaya agar kalau terjadi sesuatu hal maka dapat menjadi penengah.
5. Dilakukan program bersama dan kegiatan terpadu dalam kegiatan pengurus OSIS yang ada dilingkungan sekolah lainnya pada saat momen yang tepat.
e. Langkah mencegah siswa tidak menggunakan seragam dan kelengkapan dengan baik
1. Guru meluangkan waktu sebentar untuk mengingatkan da menegur siswanya disetiap awal pelajaran dimulai terutama jam pertama pelajaran agar selalu menggunakan pakaian secara baik.
2. Adanya kontinuitas dari petugas BP dan Tim ketertiban agar melakukan penertiban seragam yang tidak sesuai ketentuan.
3. Melakukan razia secara mendadak dengan menertibkan siswa yang bajunya tidak sesuai dengan ketentuan.
4. Mencantumkan sanksi bagi siswa yang tidak menggunakan seragam sesuai ketentuan didalam tata tertib sekolah.
f. Langkah dalam membuat tabel point disiplin siswa.
1. Diperlukan komitmen dari guru dan siswa mengenai apa saja yang dapat dijadikan ukuran dalam meningkatkan disiplin sekolah serta disepakati bersama dalam tabel point disiplin siswa.
2. Diperlukan sosialisasi ke siswa dan orang tua berkaitan tabel point kedisplinan siswa di sekolah.
3. Orang tua mengisi surat pernyataan bahwa bila ternyata anaknya terlibat pelanggaran point kedisplinan sekolah dan sanggup dikeluarkan.
4. Diberikan reward penghargaan bagi siswa dan kelas yang point melanggarnya rendah.
5. Adanya kontinuitas dari petugas BP dan Tim ketertiban agar melakukan evaluasi kegiatan berkaitan dengan tabel point kedisplinan siswa.
6. Mengumumkan secara kontinu siswa dan kelas yang mempunyai point kedisplinan yang tertinggi dan terendah.
Didalam upaya ketertiban siswa di sekolah, tidak hanya siswa saja yang dijadikan obyek yang selalu disalahkan namun diperlukan juga manajemen sekolah yang baik agar dalam pelaksanaan ketertiban sekolah dapat berjalan dengan baik.
Langkah- Langkah yang dilakukan sekolah berkaitan dengan ketertiban sekolah.
1. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara baik.
Sering kali pelanggaran ketertiban siswa muncul diawalai pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang kurang baik dan sistem inval dari guru piket tidak berjalan secara baik, apabila guru tidak masuk karena sesuatu hal maka sering kali kelas kosong dan tidak ada pengawasan dari guru. Sehingga diperlukan suatu system kerjasama antara pihak- pihak yang ada di sekolah baik guru, siswa , orang tua dan kepala sekolah sebagi manajer disekolah dapat dilakukan secara baik
2. Penuntasan Peserta Didik Bermasalah.
Dengan menangani anak didik yang bermasalah secara tuntas dengan segera maka dapat mencegah timbulnya masalah- masalah yang semakin banyak dan menumpuk sehingga tertanganinya anak didik bermasalah secara baik pula. Disini peran petugas BP dan wali kelas sangat besar dalam upaya membina anak didiknya dikelas
3. Pembinaan Keimanan & Ketaqwaan (Imtaq).
Dalam membangun Imtaq siswa tidak hanya beban dari orang tua saja namun diperlukan kerjasama antara sekolah, orang tua dan masyarakat sekitarnya. Perpijak dari hal tersebut baik orang tua, sekolah dan masyarakat melakukan pengawasan dan pengendalian agar mampu membina siswa dengan melakukan kegiatan keagamaan di sekolah dan dimasyarakat bila perlu dikembangkan MPMBI (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Imtaq) di sekolah.(Tirto Adi: 2002)
Hal hal yang perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan ketertiban sekolah terhadap :
a. Siswa .
Dengan mendukung terwujudnya visi, misi sekolah yang aman dan adil. Sebahagian siswa yang acuh tak acuh dilibatkan peranannya dalam kegiatan disekolah. Dan dikembangkan pada siswa semangat dan merasa bangga punya disiplin poin yang rendah
b. Guru.
Guru mendukung dalam menjalankan disiplin yg komprehensif dan diperlukan sosialisasi dalam hal ketertiban sekolah bagi guru yang masih belum memahami esensi yg sebenarnya. Perlu dikembangkan perasaan bangga karena anak didik tunjukkan sikap disiplin yg dikehendaki dan meningkatkan motivasi dalam hal menangani anak bermasalah.dan tidak menjadi beban terhadap diri-sendiri.
c. Orang tua dan Masyarakat
Mendukung sekolah.yang punya disiplin sekolah yang seperti ini. Untuk sebahagian masih ada yang kurang mengerti diperlukan sosialisasi agar mengerti perlunya ketertiban di sekolah. Dikembangkan rasa bangga karena ada perubahan pada sikap anak mereka setelah anaknya dibina di sekolah serta meningkatkan keterlibatannya di sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar