PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBUAT
KALIMAT BAHASA INGGRIS
Oleh : Andri Yunatra, S.Pd *)
Abstrak. Konsep Quantum
Teaching menyatakan "Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan
antarkan dunia mereka ke dunia kita". Dalam penelitian ini, penulis
memilih suatu strategi pembelajaran yang dapat menjembatani antara dunia guru
dangan dunia siswa, yang dinamakan strategi Chain Card Game atau
Permainan Kartu Berantai. Strategi ini digunakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan menulis bahasa Inggris siswa kelas 2 SMP Fajar Plus Kota Depok. Setelah mengadakan perlakuan selama tiga siklus, nampak
bahwa kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris sedikit demi sedikit
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai tes yang telah
dilaksanakan. Pada tes awal rata-rata nilai kemampuan siswa dalam membuat
kalimat adalah 4,10; pada tes 1 (t-1) didapat rata-rata nilai 4,46, pada test 2
(t-2) didapat nilai rata-rata 4,88 dan pada akhir siklus tes 3 (t-3) didapat
rata-ra+a nilai 5,40. Dalam penelitian ini, yang paling menggembirakan dengan
menggunakan strategi Chain Card Game adalah meningkatnya gairah
belajar siswa.
PENDAHULUAN
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan karena
adanya beberapa masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun oleh siswa dalam
pembelajaran bahasa Inggris. Secara urnum dalam belajar bahasa Inggris siswa
harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan mendengar
(listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing),
Namun dalam penelitian ini hanya difokuskan pada masalah yang timbul dalam
kegiatan menulis, khususnya dalam membuat kalimat bahasa Inggris sederhana.
Data dari lapangan
menunjukkan bahwa kemampuan membuat kalimat bahasa Inggris siswa sangat
memprihatinkan atau masih rendah, yaitu nilai rata-rata 4,10 setelah diadakan
tes awal kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris (t-O).
Rendahnya kemampuan
siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris ini tentunya dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain: kurangnya
latihan yang diberikan
guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang bervariasi
dan kurangnya tugas yang diberikan oleh guru. Oleh sebab itu, penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mambuat kalimat bahasa
Inggris dangan menggunakan strategi Chain Card Game atau
Permainan Kartu Berantai.
Yang dimaksud
kemampuan membuat kalimat bahasa Inggris sederhana adalah kemampuan siswa dalam
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk kalimat. Dalam membuat kalimat perlu
memperhatikan dua hal, yaitu subtansi dari hasil tulisan itu (ide yang
diekspresikan) dan aturan struktur bahasa yang benar (gramatical form and
syntactic pattern). Membuat kalimat termasuk ke dalam kegiatan untuk
keterampilan menulis, karena itu membuat kalimat juga berarti mengungkapkan ide
dan berkomunikasi dengan orang lain melalui simbol-simbol bahasa (Harris,
1988).
Kalimat-kalimat yang
dibuat dapat berupa kalimat yang paling sederhana yang hanya mengandung dua
jabatan kata dalam kalimat, yaitu subyek dan kata kerja (S + V); subyek, kata
kerja dan obyek (S+V+O) atau kalimat yang paling lengkap, yaitu: subyek, kata
kerja, obyek, dan keterangan (S+V+O+ Adv).
Permainan menurut
Carrier (1982) mempunyai nilai yang sangat tinggi bagi guru bahasa asing, sebab
permainan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan
bahasa tertentu dengan situasi yang tidak terlalu formal. Sedangkan menurut
Hadfield (1984), permainan merupakan aktivitas yang mempunyai tujuan dan elemen
kesenangan.
Chain Card Game
adalah sebuah terjemahaan bebas dari Permainan Kartu Berantai. Para pemain
memainkan kartu ini layaknya seperti bermain kartu remi. Dalam permainan ini, pemain ditugaskan menyusun
kartu-kartu yang dimiliki agar menjadi sebuah kalimat atau memainkan kartunya
untuk meneruskan kalimat pemain lawan yang belum selesai, bisa di awal atau di
akhir susunan kartu.
Permainan ini dapat
dimainkan oleh empat pemain atau lebih, dengan jumlah kartu 60 lembar setiap
setnya. Jumlah ini dapat saja ditambah atau dikurangi. Di setiap kartu tertulis
satu kosa kata dalam bahasa Inggris, yaitu sebuah penggalan-penggalan kalimat
yang telah diatur sehingga jika kartu dimainkan dengan benar akan terbentuk
suatu kalimat bahasa Inggris yang benar.
Kartu-kartu tersebut
terbuat dari karton dengan ukuran 5 x 8 cm. Ukuran ini dapat saja disesuaikan
dengan selera pembuat kartu.
Penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi siswa terutama dalam meningkatkan gairah belajar bahasa
Inggris, dan bagi guru agar dapat menambah wawasan dalam mengaplikasikan
strategi baru, serta menambah tambahan referensi karya ilmiah.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan
Kelas ini dilakukan di SMP Fajar Plus Kota Depok,
khususnya dilaksanakan di kelas 2 semester 1 tahun ajaran 2010 - 2011. Sekolah
ini terletak di pinggiran Kota Depok, mempunyai 3 kelas, yaitu:
kelas 1, 2 dan 3. Jumlah referensi buku pelajaran
bahasa Inggris masih dirasakan kurang.
Sebelum penelitian
ini dilaksanakan, pertama-tama diadakan tes awal (t-O) untuk mendapatkan data
pendukung yang akurat sehingga mempunyai dasar yang kuat untuk melaksanakan
penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan segala perangkat yang akan
digunakan selama penelitian berlangsung, seperti pembuatan perangkat
pembelajaran, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa untuk setiap pertemuan,
dan beberapa instrumen lain seperti lembar tes, observasi, analisis, pedoman
wawancara, catatan lapangan dan kartu Chain Card Game.
Penelitian ini
dilakukan dalam 3 siklus selama semester pertama. Siklus pertama dilakukan
dalam 3 kali pertemuan, dengan pokok bahasan Sport dengan sub pokok
bahasan Kinds of Sports dan Sports Equipment. Siklus kedua
dilakukan dalam 3 kali pertemuan, dengan pokok bahasan Health dan sub
pokok bahasan Our Body, Diseases, dan Medicine. Siklus ketiga
dilakukan dalam 4 kali pertemuan dengan pokok bahasan Clothes dan sub
pokok bahasan Buying some materials, Making Clothes,
Fashion Show, dan A variety of clothes,
sehingga seluruhnya berjumlah 10 kali pertemuan.
Seperti telah
diuraikan di atas, bahwa penelitian ini memerlukan instrumen-instrumen
pendukung seperti: tes, lembar observasi dan pedoman wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIKLUS I
Perencanaan
Untuk mendukung terlaksananya
Penelitian Tindakan Kelas ini, dibuatlah segala sesuatu yang diperlukan
seperti: Perangkat Pembelajaran (RP), Lembar Kerja Siswa (LKS) mini, kartu Chain
Card Game sebanyak 5 set, dan beberapa instrument pendukung seperti:
tes, observasi dan wawancara.
Pelaksanaan
Pembelajaran
dilaksanakan mencakup semua keterampilan berbahasa (listening, speaking,
reading dan writing). Pengajaran dimulai dari kegiatan, listening, speaking,
reading dan writing.
Perlakuan dengan Chain
Card Game dilakukan pada saat kegiatan keterampilan menulis (writing),
seperti langkah-langkah berikut: Guru memulai pengajaran dari keterampilan listening,
dilanjutkan dengan kegiatan speaking, dan kemudian kegiatan membaca
(reading). Alokasi waktu untuk ketiga keterampilan ini adalah 45 menit.
Memasuki kegiatan keterampilan menulis, strategi Chain Card Game
ini dilakukan. Dimulai dari penjelasan langkah-langkah dan aturan permainan,
kemudian guru meminta siswa membentuk
kelompok bermain. Setelah membagikan kartu, guru meminta siswa
untuk mulai bermain selama 15 menit, kemudian meminta wakil dari kelompok untuk
membawa kartu-kartu yang telah jadi dan menuliskan kalimat jadi tersebut di
papan tulis. Pembahasan kalimat-kalimat dilakukan secara klasikal. Langkah
terakhir adalah meminta siswa mengerjakan LKS mini secara individu untuk
bagian keterampilan
menulis. Kemudian diadakan pembahasan terhadap hasil latihan yang telah
dilakukan.
Pembahasan hasil
latihan dilakukan secara klasikal dengan cara siswa mengoreksi bersama-sama. Guru
memberikan jawaban-jawaban yang benar dan siswa mengecek kebenaran jawaban pada
LKS yang telah ditukarkan dengan LKS temannya.
Perlakuan Chain
Card Game dalam siklus pertama ini diberikan untuk tiga kali
pertemuan, dengan pokok bahasan Sport dan sub pokok bahasan Kinds of
Sports dan Sport Equipment. Selama perlakuan berlangsung,
kolaborator mengobservasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung. Temuan-temuan yang didapatkan dicatat dalam lembar catatan
lapangan. Setelah tiga kali pertemuan berlalu, dilakukanlah tes I (t-1) untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat
kalimat bahasa Inggris, dan sebagai data untuk dibandingkan dengan data tes
awal (t-O) sehingga peneliti dapat menemukan segala perkembangan yang telah
terjadi.
Pengamatan
Dari hasil pengamatan
yang dilakukan kolaborator, didapatkan data bahwa selama siklus pertama
berlangsung muncul 15 deskriptor pada pertemuan pertama, 12 deskriptor pada
pertemuan kedua, 13 deskriptor pada pertemuan ketiga. Rata-rata deskriptor yang
muncul diketiga perterman adalah 13,33. Berdasarkan tabel keefektivan strategi,
angka 13,33 masuk ke dalam kategori efektif.
Untuk melihat lebih
jauh keefektivan strategi Chain Card Game dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat
kalimat bahasa Inggris, maka diadakan test 1 (t-1), dengan hasil sebagai
berikut: siswa yang nilainya meningkat berjumlah 28 dari 40 siswa (70%).
Setelah dibandingkan dengan data nilai tes awal, ternyata rata-rata kenaikan
nilai kemampuan menulis siswa sebesar 0,45 (1 1,2%).
Hasil wawancara yang
dilakukan terhadap 5 orang siswa sebagai sampel responden, dapat disimpulkan
bahwa siswa sangat menyukai permainan Chain Card Game dan gairah siswa
dalam belajar bahasa Inggris meningkat. Hasil ini diperoleh dari pertanyaan
pedoman nomor5, yaitu: Jika anda menggunakan Chain Card Game,
mampukah anda belajar membuat kalimat bahasa Inggris lebih dari 1 jam? Seluruh
responden menjawab mampu.
Refleksi
Selama siklus pertama
deskriptor yang belum muncul antara lain: siswa tidak takut bertanya, siswa
yang bertanya lebih banyak, siswa mengerjakan tugas lebih cepat, komunikasi
antar guru dan siswa lebih lancar, guru makin hapal dengan identitas siswa.
Sedangkan deskriptor
yang sudah muncul, seperti: guru menggunakan metode pemberian tugas,
menggunakan alat bantu pembelajaran bervariasi, siswa belajar keterampilan
menyusun dan membuat kalimat, menggunakan grammar dengan benar, kerja sama
antar siswa meningkat, dan tidak lagi mendominasi KBM.
Dari beberapa
indikatordi atas, ada beberapa masalah yang dapat dicatat selama pembelajaran,
antara lain: kelas gaduh, setting tempat bermain kurang representatif, banyak
siswa melakukan kesalahan dalam bermain, dan kurang waktu untuk membahas
kalimat-kalimat yang terbentuk selama permainan.
Untuk mengurangi
masalah-masalah tersebut, pada sikius kedua dilakukan tindakan, antara lain:
memberikan pengertian pada siswa bahwa mereka bermain dalam rangka belajar,
menyusun tempat bermain lebih baik, menuliskan aturan permainan di papan tulis,
menambah kartu menjadi 80 kartu, dan menambah waktu untuk pembahasan kalimat
yang terbentuk selama permainan berlangsung.
SIKLUS II
Perencanaan
Sebelum siklus kedua
dilaksanakan, ada beberapa hal yang perlu disiapkan, antara lain: Rencana
Pengajaran, LKS, alat bantu pengajaran, kartu Chain Card Game, lembar
observasi, lembar tes 2 dan pedoman wawancara.
Pelaksanaan
Berdasarkan hasil
refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua diberikan pengertian pada
siswa untuk bermain dengan tenang, menyusun tempat bermain lebih baik dengan
cara menyusun kursi yang sesuai untuk bermain, menuliskan langkah-langkah
permainan di papan tulis, menambah kartu manjadi 80 tiap setnya, 60 kartu di
bagikan kepada siswa dan 20 sisanya tetap di tumpukkan sebagai kartu jit, serta
melakukan kegiatan pembelajaran seperti yang telah disusun dalam Rencana
Pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dimulai dengan membagikan LKS mini
pada siswa, dilakukan kegiatan menyimak (listening), dilanjutkan dengan
kegiatan berbicara (speaking), kegiatan membaca (reading), dan
kegiatan menulis (writing).
Pada saat memasuki kegiatan menulis, strategi Chain Card Game diterapkan
dengan langkah-langkah berikut ini: Pertama, guru memberikan pengertian pada
siswa bahwa mereka bermain dalam rangka belajar sehingga harus tetap menjaga
ketenangan kelas selama bermain. Kedua, guru membantu siswa menyusun kursi
sehingga permainan berjalan dengan baik. Kemudian guru menuliskan aturan-aturan
bermain di papan tulis supaya siswa tidak membuat kesalahan lagi dalam bermain.
Berikutnya guru membagikan kartu dan meminta siswa untuk bermain, Siswa
memainkan 60 kartu, sedangkan 20 kartu lainnya tetap dalam tumpukan sebagai
kartu jit.
Karena harus
menambah waktu untuk pembahasan
kalimat-kalimat yang terbentuk selama permainan, maka waktu untuk bermain siswa
dikurangi. Pengurangan waktu untuk bermain dilakukan dengan cara memotong
permainan siswa tatkala mereka sedang asyik bermain. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek psikologis anak agar mereka merasa belum puas, sehigga pada
pertemuan berikutnya siswa masih sangat ingin bermain.
Setelah menghentikan
permainan, guru meminta wakil dari kelompok untuk menuliskan kalimat-kalimat
yang terbentuk dalam permainan. Kemudian guru membahas kalimat-kalimat itu
secara klasikal untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang terjadi. Selanjutnya
guru meminta siswa megerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam LKS mini secara individual.
Lima menit sebelum selesai, guru menghentikan kegiatan siswa, dan melakukan
pembahasan hasil latihan-latihan secara klasikal. Siswa menukarkan pekerjaannya
dengan siswa lain.
Siklus kedua ini
dilakukan untuk 3 kali perternuan dengan pokok bahasan Health dan sub
pokok bahasan Our Body, Diseases, dan Medicine.
Setelah 3 kali pertemuan, maka diadakan tes 2 untuk dibandingkan dengan hasil
test 1 (t-1) sehingga didapatkan kepastian apakah perlakuan pada siklus kedua
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis bahasa Inggris.
Pengamatan
Dari hasil observasi
selama siklus kedua, didapatkan data diantaranya muncul 13 deskriptor pada
pertemuan pertama, 12 deskriptor pada pertemuan kedua, dan 14 deskriptor pada
pertemuan ketiga, sehingga rata-rata descriptor yang muncul adalah 13.
Berdasarkan table keefektivan strategi, maka angka 13 masuk ke dalam kategori
efektif.
Untuk melihat lebih
jauh keefektivan strategi Chain Card Game dalam
meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris, maka
diadakan tes 2 (t-2), dan dapatkan data, berikut ini: Siswa yang nilainya
meningkat berjumlah 35 (87,5%). Bila data tersebut dibandingkan dengan nilai
tes 1, maka rata-rata nilai kemampuan membuat kalimat bahasa Inggris siswa
meningkat sebesar 0,42 (9,4%). Hasil wawancara dengan 5 orang siswa sebagai
sampel responden yang berbeda dengan siklus pertama, dapat disimpulkan bahwa
siswa menyukai strategi Chain Card Game, dan yang lebih
menggembirakan dengan permainan ini adalah siswa dapat bertahan belajar membuat
kalimat bahasa Inggris dalam waktu yang relative lebih lama, lebih dari satu
jam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gairah belajar siswa meningkat.
Refleksi
Dalam siklus kedua
ini ada beberapa deskriptor yang belum muncul, antara lain: deskriptor nomor 4
siswa tidak takut bertanya, deskriptor nomor 11, 15, 17 dan 18.
Dari beberapa
deskriptor di atas, masih ada hal-hal lain yang dapat dicatat oleh kolaborator,
antara lain: suasana kelas masih agak gaduh, siswa yang lebih cakap terlihat
masih kurang sabar dalam menghadapi siswa yang kurang cakap, anak-anak yang
kurang cakap masih lamban dalam bermain, dan
masih ditemui kesalahan-kesalahan penggunaan kata kerja dalam
kalimat. Dari inventarisasi kejadian-kejadian di atas, diupayakan pada siklus
ketiga tidak terjadi lagi, dengan cara: mengacak kelompok bermain siswa, siswa
yang suka ribut digabungkan dengan kelompok siswa yang pendiam; siswa yang
cakap dikelompokkan dengan kelompok yang kurang cakap; kartu ditandai dengan
huruf, huruf S untuk kartu yang memuat subyek, V untuk kartu verb, huruf 0
untuk kartu obyek dan huruf Adv untuk kartu adverb. Sedangkan untuk
meminimalkan terjadinya kesalahan-kesalahan penggunaan kata kerja, guru
memberikan penjelasan tentang penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan
materi yang sedang dibahas, sebelum siswa bermain.
SIKLUS III
Perencanaan
Untuk mendukung
terlaksananya siklus ketiga, peneliti menyiapkan Satuan Pelajaran, Rencana
Pengajaran, LKS untuk tiap pertemuan, gambar-gambar, 5 set kartu Chain Card
Game masing-masing 80 kartu. Kartu-kartu tersebut sudah diberi tanda
huruf S untuk kartu subyek, huruf V untuk kartu verb, huruf 0 untuk obyek, dan
huruf Adv. untuk adverb. Instrumen-instrumen yang disiapkan adalah test 3,
lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan.
Pelaksanaan
Langkah-langkah
pembelajaran dimulai dari mendengarkan, berbicara, dan menulis. Latihan-latihan
untuk ketiga keterampilan ini termuat dalam LKS mini yang telah disiapkan. Pada
saat kegiatan memasuki keterampilan menulis, maka strategi Chain Card Game
dilakukan,
Bertolak dari
refleksi pada siklus kedua, maka dalam siklus ketiga ini guru mengelompokkan
murid berdasarkan tingkat kecakapannya yang relative seimbang, yang suka ribut
digabung dengan siswa yang pendiam, dan menandai kartu-kartu yang akan
dimainkan dengan huruf-huruf seperti yang diterangkan pada perencanaan di atas.
Jumlah kartu masih tetap 80 buah tiap setnya: 60 kartu dibagikan kepada siswa
dan 20 tetap ditumpukan sebagai kartu jit. Penandaan pada kartu dimaksudkan
untuk membantu para siswa yang kurang cakap, sehingga permainan dapat berjalan
dengan cepat. Langkah berikutnya adalah menerangkan beberapa penggunaan kata
kerja yang berhubungan dengan pokok bahasan untuk menekan kesalahan siswa dalam
menggunakan kata kerja.
Setelah permainan
berjalan 15 menit guru menghentikan permainan, dan meminta siswa untuk
menuliskan kalimat-kalimat yang terbentuk selama permainan di papan tulis.
Kemudian guru membahas bersama-sama dengan siswa kelas.
Berikutnya guru
meminta siswa mengerjakan latihan-latihan untuk keterampilan menulis pada LKS
yang tersedia. Kemudian dilakukan pembahasan oleh guru secara klasikal,
sebelumnya siswa menukarkan hasil pekerjaannya pada temannya untuk dicek.
Pada siklus ketiga
ini, perlakuan untuk 4 kali pertemuan dengan Pokok Bahasan Clothes dan
sub pokok bahasan Buying Some Materiais, Making
Clothes, Fashion Show, dan A variaty of ciothes.
Setelah empat kali pertemuan berlalu, maka diadakan tes 3 (t-3) untuk
mengukur kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris. Hasil tes ini
kemudian dibandingkan dengan hasil tes 2, sehingga dihasilkan beberapa
perubahan atau peningkatan.
Pengamatan
Dari hasil observasi
didapatkan data bahwa pada pertemuan pertama deskriptor yang muncul 13, pada
pertemuan kedua sebanyak 12 deskriptor, pada pertemuan ketiga 14 deskriptor dan
pada pertemuan keempat 14 deskriptor. Dari keempat pertemuan ini didapat
rata-rata deskriptor yang muncul sebanyak 13,25 deskreptor. Berdasarkan tabel tingkat
keefektivan angka, 13,25 masuk ke dalam katagori etektif.
Untuk mendukung data
kualitatif di atas, dilakukan tes 3 dengan hasil bahwa anak yang nilainya
meningkat berjumlah 34 siswa (85%). Rata-rata kemampuan siswa membuat kalimat
bahasa Inqqris meninqkat sebesar 0,52 (66%).
Dari lima responden
sisiwa yang diwawancarai, kelima 5 siswa menjawab senang dengan Chain Card
Game, dan yang menarik lagi adalah bahwa permainan Chain Card
Game sangat disukai siswa dalam belajar bahasa Inggris.
Refleksi
Dari hasil observasi
selama siklus tiga berlangsung, didapatkan kondisi berikut ini: pembelajaran
berjalan lebih menyenangkan dan lebih variatif, siswa semakin antusias dalam
permainan, terjadinya tutor sebaya, beberapa kelompok siswa meminjam kartu untuk
dimainkan pada saat-saat senggang, siswa lebih mudah mempelajari kalimat bahasa
Inggris. Hal-hal negative yang berhasil direkam antara lain: suasana kelas
masih agak ribut.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis
data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Strategi Chain Card
Game dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat
kalimat bahasa Inggris. Strategi ini dapat juga meningkatkan gairah belajar
bahasa Inggris siswa.
DAFTAR PUSTAKA
1)
Carrier,
M. 1982. Game and activities forthe language learner.
London: Harrap.
2)
Deporter,
B., Reardon, M. & Singer-Nourie, S. 2001. Quantum teaching.
Bandung: Kaiffa.
3)
Harfield,
J. 1984. Elementari communication games Thomas Nelson and
Son Ltd.
4)
Harris,
D.R 1988. Testing English as a second. New york:
McGraw-Hill Book Company.
5)
llyas,
1. 200. Upaya Meningkatkan kemampuan siswa kelas 2
SLTP Negeri 30 Palembang dalam memahami teks
lisan melalui strategi 'DICTOGLOS'.
6)
Hasan,
Z. M; Sukaryana, 1. W. & Waioedy. 1997. Penelitian tindakan (Action
Research). Jakarta: Deparemen Pendidikan dan Kebudayaan.
-----------------------------
*) Andri Yunatra,
S.Pd adalah Guru Bahasa Inggris SMP Fajar Plus Kota Depok
Sumber : Buletin Pelangi Pendidikan (Buletin Peningkatan
Mutu Pendidikan SLTP) Volume 6 No. 1 Tahun 2003